Buku Pendidikan Karakter untuk Guru

Buku Pendidikan Karakter untuk Guru
Jumlah halaman 128, harga Rp.27000

Selasa, 28 Desember 2010

Strategi Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa bagi peserta didik

Makalah disampaikan pada
Workshop Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa
Melalui KKG/MGMP/POKJAWAS PAI
Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama .
Bogor, 12 November 2010

Strategi Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa bagi peserta didik
Nuraida, S.Ag. M.Si


A.Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat kebajikan (noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus-menerus seorang individu atau mengelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan, atau melembagakan sifat-sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.
Akar kata “karakter” juga dapat dilacak dari kata latin “Kharakter”, “Kharassein “, dan “xharax”, yang maknanya “ tool for marking”, “to engarave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Prancis “ carcter” pada abad ke -14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi “character”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “karakter”.
Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter ( a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Dalam banyak literatur tentang karakter ditemukan beragam istilah untuk menyebut hal yang sama. Megawangi dan Josephon et.al., menyebut karakter, sedangkan Popov et.al., Unell dan Wyckoff, dan Bernett menyebutnya dengan istilah Virtues Rich menggunakan istilah Mega Skill untuk menyebut hal yang sama, sedangkan Tillman dan Hsu menggunakan istilah Living Values.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, karakter mempunyai pengertian sifat-sifat kejiwaan; tabiat, watak, perangai, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berkarakter artinya berkepribadian; bertabiaat dan berwatak.

B. Ragam Karakter
Perangkat karakter bisa digali, dikritalisasikan, dan dirumuskan dengan penggunaan berbagai sumber, antara lain :
(1). Filosofis, Agama, Pancasila, UUD 1945 dan Undang-undang no.20 tahun 2003 beserta perundangan-perundangan turunannya,
(2). Pertimbangan teoritis-teori tentang otak (brain theories), psikologis (cognitive development theories, learning theories, theories of personality) pendidikan (theories of instruction, educational management, curriculum theories), nilai dan moral (axiology, moral development theories), dan sosial-kultural (school culture, civic culture);
(3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik ( kelompok cultural dan lain- lain. (Kemdiknas, 2010: 11-12)

Nilai Budaya
Beberapa contoh lain yang disarikan dari nilai budaya utama atau unggulan, yang dapat dijadikan karakter dan pekerti bangsa: ketaqwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni, ketertiban, kemandirian, kepedulian (solidaritas, tolong-menolong, ramah) kerukunan (kebersamaan, musyawarah-mufakat), ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras keuletan, kehormatan, kedisiplinan dan keteladanan.

Nilai Agama Islam
Nabi Muhammad sawa memiliki 4 karakter yang terkenal yaitu: Siddiq, amanah, tabligh, Fatonah.
1. Siddiq (Honest-jujur): berkata benar, satu kata, satu perbuatan, taat azas, menepati janji, mandiri, penuh syukur, taat beribadah.
2. Amanah ( Trustable-dipercaya) : bertanggung jawab, disiplin, rendah hati, ikhlas, adil, dermawan, kasih sayang

3. Tabligh (reliable- komunikatif) : percaya diri, menghargai waktu
Menghargai pendapat orang lain dan lapang dada, kepedulian, kerja sama, saling menghormati, toleransi, berani ambil resiko, senang silaturahmi
4. Fathonah (Smart-Cerdas): keberanian, menaati peraturan, bekerja keras, kreatif, Inovatif, reasoning, arif (wise).

Sumber : (makalah, Husni Rahim, 2010)

Virtues Project Educator’s Guide
The Virtues Project Educator’s Guide Inc menggambarkan character dalam sebatang pohon yang mana buah-buahnya disebut sebagai karakter. Antara lain: Assertiveness, Caring, Cleanliness, commitment, compassion, confidence, consideration, cooperation, courage, courtesy, creativity, detachment, determination, diligence, enthusiasm, excellence, flexibility, forgiveness, friendliness, helpfulness, honesty, honor, humility, idealisme, Integrity, joyfulness, Justice, kindness, love, loyality, moderation, modesty, orderliness, patience, peacefulness, perseverence, purposefulness, reability, respect, responsibility, self-dicipline, service, tact, thankfulness, tolerance, trust, trustworthiness, truthfulness, understanding, unity.

Lima Nilai Universal
1. Caring (Kindness, empathy, sharing, gratitude)
2. Responsibility (dependability, accountability, self discipline, duty)
3. Citzenship (cooperation, law abiding, democratic, civic duty, service)
4. Integrity (honesty, courage, fairness, trust)
5. Respect (honor, civility, appreciation, esteem)

Berdasarkan ragam karakter yang tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter bukan hanya pengajaran sopan santun, tetapi memiliki arti yang sangat luas antara lain : kecerdasan, percaya diri, berani, jujur, kerja keras, patuh aturan dan lain-lain.

C. Karakter Bangsa
Dalam kebijakan Nasional (2010: 7) karakter diartikan nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terperi di dalam diri dan terkejewantahkan dalam perilaku.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
Berdasarkan rumusan tersebut maka fokus pendidikan karakter diarahkan pada tiga tataran besar :
1. Untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa
2. Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
3.Membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.

Rumusan Karakter Bangsa
Tim Kerja Filosofi Pendidikan yang dibentuk oleh Diknas, Bapenas dan Work Bank (1999) pernah merumuskan karakter bangsa Indonesia ke depan yang terdiri dari 5 indikator masyarakat madani Indonesia, yaitu:
1. Masyarakat yang demokraktis dalam kehidupannya (democratization)
2. Masyarakat yang mampu menegakkan keadilan dan hukum (low enforcement)
3. Masyarakat yang setiap anggotanya memiliki kebangaan diri baik secara individual maupun kolektif
4. Masyrakat yang toleran sehingga dapat menerima dan member di dalam perbedaan budaya (multicultural)
5. Masyarakat yang mendasarkan diri pada kehidupan beragama dalam pergaulannya (religionisme)

Tim kebudayaan yang dibentuk oleh Depdiknas (2000) juga pernah merumuskan karakter bangsa baru bangsa Indonesia ke depan yang terdiri delapan Indikator masyarakat madani Indonesia.
1. Masyarakat yang adil dan sejahtera
2. Masyarakat yang demokratis dan toleran
3. Masyarakat yang tertib dan teratur
4. Masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab
5. Masyarakat yang setara dan bersama
6. Masyarakat yang memiliki integritas dan tahan budaya
7. Masyarakat yang religious dan berbudi pekerti
8. Masyarakat yang dinamis dan berorientasi ke depan

D. STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARAKTER BAGI PESERTA DIDIK
Karakter dapat dikembangkan pengalaman belajar (learning experiences) dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggraan pendidikan nasional.
Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam masing- masing pilar pendidikan yakni akan ada dua jenis pengalaman belajar (learning experiences). Dalam intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan tujuan pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang tersetruktur (structured learning experienses).
Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna peran guru sebagai sosok anutan (rule model) sangat penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi ( persistent- life situation), dan penguatan (reinforcement) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, dirumahnya, di lingkungannya masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasikan dan dipersonalisasikan dari dan melalui peroses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

1. Kegiatan belajar mengajar di kelas
Dalam kegiatan mengajar di kelas pengembangan nilai/ karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embedded approach). Pembelajaran yang mendidik dikonseptualisasikan sebagai pembelajaran yang mengandung Double Helix Effect, yang melahirkan dampak instruksional dan nurturan dalam penguatan karakter. Proses pendidikan akan melibatkan ragam aspek perkembangan peserta didik baik kognitif, konatif, afektif maupun psikomotorik sebagai suatu keutuhan (holistic) dalam kontek kehidupan kultural. Proses pembelajaran yang membangun karakter bukanlah proses linier, seperti bidang studi lainnya. Pengembangan karakter harus menyatu dalam proses pembelajaran yang mendidik, yang disadari oleh guru sebagai tujuan pendidikan, yang dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang transaksional dan bukan instruksional dan dilandasi pemahaman secara mendalam terhadap perkembangan peserta didik.
Suasana pembelajaran ini akan menumbuhkan nurturan effect pembelajaran yang memperkuat karakter, soft skill dan sejenisnya seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran itu sendiri.
Khusus, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Kewarganegaraan, pengembangan karakter harus menjadi focus utama dan dapat menggunakan berbagai strategi / metode pendidikan nilai (value/ character education). Untuk kedua mata pelajaran tersebut nilai karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) dan juga dampak pengiring (nurturant effects). Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring (nurturant effect) berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik.
2. Kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan (School Culture)
Dalam lingkungan satuan pendidikan di kondisikan agar lingkungan fisik dan sosio-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan terwujud karakter.
Contoh : misalnya pengalaman sekolah INSTITUTE OF SATHYA SAI EDUCATION INDONESIA
Membangun Kerja sama
Sekolah melakukan kerja dengan orang tua dalam mendidik anak-anak. Di sekolah ini orang tua berperan untuk membantu membersihkan sekolah. Setiap hari secara bergiliran orang tua datang untuk membersihkan sekolah, memasak, dan menjaga sekolah. Sekolah ini tidak ada penjaga sekolah. Peserta didik, orang tua dan yayasan bekerja sama untuk mendidik sesuai dengan kapasitas masing-masing. Ada beberapa hal yang saya catat disini:
1. Sekolah ini sangat terjaga bersih mulai dari halaman depan, aula, ruang kelas dan setiap ruang yang kita kunjungi.

2. Anak-anak di sekolah ini memiliki kemampuan belajar yang lebih cepat karena memiliki jiwa yang bersih dan tulus:
Karakter ini dibangun dengan cara :
1. Duduk hening, anak-anak belajar mengendalikan pikiran dan membiasakan berpikir positip


3. Peserta didik sudah terbiasa hidup bersih dan saling menyayangi sesama
Beberapa tulisan dalam ukuran besar tertulis di dinding sekolah :
Kasih sayang adalah membantu dan menolong orang lain
Menyayangi teman
Belas kasih
Mudah bergaul dengan orang lain
Suka member suka memaafkan
Menjaga kesehatan
Tidak egois

3. Kegiatan ko-kurikuler / ekstra kurikuler
Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung dengan suatu materi dari suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pencinta Alam pengembangan bakat dan minat perlu dikembangkan proses dan penguatan (reinforcement) dalam rangka pengembangan nilai/ karakter.


4. Kegiatan keseharian di keluarga dan masyarakat.
Diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian di rumah dan lingkungan masyarakat masing-masing.


Nilai yang diperoleh:
• Be grateful to Allah
• Respect the farmer
• Not waste food
• Take out our bad qualities to become a good person
• Be humble like a paddy.
Paddy grow in the mud but become precious white rice

E. Cara integrasi karakter dalam mata pelajaran PAI
1. Analisis standar isi
2. Pelajari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pokok bahasan.
3. Pelajari Materi dengan baik
4. Temukan karakter apa yang terdapat di dalamnya
5. Integrasikan karakter yang anda temukan ke dalam pokok bahasan anda.
6. Aplikasikan karakter tersebut pada peserta didik anda (keteladanan)
7. Perkuat dukungan dengan pihak sekolah dan orang tua.

Rabu, 02 Juni 2010

Metode Pendidikan Karakter

Metodologi Pendidikan Karakter
Nuraida
5 Juni 2010

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan mejelaskan metodologi penanaman karakter. Pertayaan yang akan dijawab adalah: bagaimana metodologi yang tepat untuk penanaman karakter? Untuk mendapat jawaban tersebut saya mencoba melakukan studi literatur mengenai sifat-sifat Rasul dan cara penerapannya. Selain studi literatur saya melakukan wawancara pihak sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter.
Temuannya adalah: nabi muhammad memiliki 4 karakter yaitu: siddiq, tabliq, amanah, Fatonah. Selain itu nabi Muhammad memiliki karakter pekerja keras. Semua karakter ini ia terapkan dalam kehidupan sebagai individu atau pun dalam kepemimpinannya secara konsisten. Cara ia membentuk karakter ummatnya ketika itu adalah:mengajarkan, memberikan tauladan dan diterapkan dalam bentuk aturan perundang-undangan yaitu pemberlakuan syariat Islam.
Studi empiris dari pengalaman kampus Bina Nusantara yang melakukan pendidikan karakter juga karena pendidikan karakter yang dilakukan atas kemauan yang keras dari rektor. Ia menuangkan kebijakan yang berkarakter dalam sejumlah aturan dan tata tertib, serta kurikulum pendidikannya.
Kesimpulan: metode pendidikan karakter: 1. memberikan pendidikan karakter di dalam kelas, 2. semua guru dan pimpinan harus memberikan tauladan, 3. adanya sejumlah aturan dan tata tertib yang berkarakter yang harus dipatuhi bersama.
Pendidikan karakter tidak akan berhasil jika hanya diajarkan dalam kelas sebagai mata pelajaran. Pendidikan karakter memerlukan uswah hasanah dari seorang dari pemimpin dalam berbagai tingkatan. Penanaman karakter perlu ada aturan dan tata tertib.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semua pemimpin menginginkan warga nya berkarakter baik. Demikian juga pemerintah Indonesia sangat menginginkan bangsanya berkarakter baik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan: Pendidikan karakter bangsa lebih ditingkatkan untuk generasi muda Indonesia yang lebih beretika dan berbudi pekerti.
Karakter adalah semua sifat-sifat baik yang menunjang pembangunan bangsa dan bukan hanya sopan santun. Ciri-ciri umum bangsa maju yang memiliki karakter baik adalah ramah dan lemah lembut, tidak suka kekerasan, patuh aturan. Ciri spesifik masyarakat maju adalah karakternya cepat bangkit dari keruntuhan seperti Jepang, Korea, Taiwan, Thailand. Karakter bangsa yang maju (beradab) rajin bekerja, jujur, terus terang, tidak pendendam, selalu melihat ke masa depan, tahu cara memperbaiki diri, setiap individu warga bangsanya mencari rizki yang halal. Jadi sikap mental bangsa itu bersih; cendrung kearah perbaikan.
Karakter baik dari Rasullullah yang mampu merubah dunia antara lain: siddiq, tabliq, amanah, Fatonah. Dengan 4 karakter ini Nabi Muhammad mampu merubah bangsa Arab yang tadinya jahiliah menjadi bangsa yang terkemuka dan terpandang di seluruh dunia.
Para ahli banyak yang setuju bahwa karakter nabi Muhammad sangat tepat digunakan untuk membentuk karakter bangsa. Hampir setiap diskusi tentang karakter pasti 4 karakter ini menjadi pokok pembahasan. Karakter Rasul ini telah juga diajarkan pada kita yang beragama Islam sejak di bangku SD atau tempat pengajian. Namun sayang sifat-sifat tersebut belum menjadi karakter bangsa kita.
Jika karakter Rasul akan dijadikan acuan dalam membangun karakter bangsa Indonesia mayoritas ummat Islam maka yang perlu dikaji adalah bagaimana Rasullulah membangun karakter ummatnya pada masa itu.
Dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menjelaskan metode membentuk karakter menurut Rasullullah dan pengalaman kampus yang telah menerapkan pendidikan karakter.

B. Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini ingin mengetahui bagaimana metodologi pendidikan karakter.
C. Permasalahan
Bagaimanakah metode pendidikan karakter untuk memberikan pendidikan karakter kepada bangsa Indonesia

BAB II
METODOLOGI PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Karakter
Akar kata “Karakter” dapat dilacak dari kata latin “Kharakter”, “Kharassein”, dan “Xharax”, yang maknanya” tool for marking,” to engrave,” dan pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan kembali dalam bahasa Prancis “ carcter “ pada abad ke 14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi “Character”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “karakter”.
Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebajikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu orang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang berkarakter jelek. Sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang berkarakter (The Character Person) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Secara etimologis, karakter (Character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat kebajikan (noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus-menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau melembagakan sifat-sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.
Karakter baik
Rumusan karakter baik sudah banyak dirumuskan. Misalnya masyarakat Indonesia yang dicita-citakan sesuai TAP MPR No. VII/MPR/2001: Religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adilm sejahtera, maju, mandiri baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara. Dalam sumber lain disebutkan: kejujuran, amanah, peduli, toleran, adil dan sikap hormat. (Syakroni 2004).
Edi Sediowati mengatakan bahwa seseorang yang berkarakter baik adalah, orang berbuat baik pada diri sendiri, sesama manusia, dengan Tuhan, dan Lingkungan.
Nabi Muhammad sawa memiliki 4 karakter yang terkenal yaitu: Siddiq, amanah, tabligh, Fatonah. Selain 4 sifat baik ini ia masih banyak sekali karakter nabi Muhammad yang bisa menjadi modal dalam membangun bangsa misalnya: ia rajin belajar, pekerja keras, tangguh, berani, disiplin, bersih dan sangat lemah lembut.
Karakter bangsa yang maju (beradab) rajin bekerja, cepat bangkit dari keterpurukan, jujur, terus terang, tidak pendendam, selalu melihat ke masa depan, tahu cara memperbaiki diri, setiap individu warga mecari rezeki yang halal. Jadi sikap dan mental bangsa itu bersih; cenderung ke arah perbaikan.
Disimpulkan, yang dimaksud dengan karakter dan kepribadian bangsa bukan sekedar dari sopan santun; melainkan moralitas bangsa untuk hidup sesuai dengan tuntutan hukum, peraturan, dan adat istiadat kebiasaan yang baik, sebagai bangsa yang beradab.
Demikianlah yang disebut karakter dan pekerti bangsa itu sangat terkait dengan moralitas yang dimiliki para warga bangsa. Di dalamnya bukan hanya ada sopan santun, tetapi semangat, orientasi hidup dan etos kerja. Karakter disini bisa diartikan sebagai watak dimana watak itu dibentuk oleh sistem moralitas. ( Budiyatna, 2004)

B. Metodologi penanaman karakter

1. Bagaimana Nabi Muhammad membangun karakter ummat

a. Karakter Nabi Muhammad.
1. Siddiq (Honest-jujur) : berkata benar, satu kata, satu perbuatan, taat azas, menepati janji, mandiri, penuh syukur, taat beribadah.
2. Amanah ( Trustable-dipercaya) : bertanggung jawab, disiplin, rendah hati, ikhlas, adil, dermawan, kasih sayang
3. Tabligh (reliable- komunikatif) : percaya diri, menghargai waktu
Menghargai pendapat orang lain dan lapang dada, kepedulian, kerja sama, saling menghormati, toleransi, berani ambil resiko, senang silaturahmi
4. Fathonah (Smart-Cerdas): keberanian, menaati peraturan, bekerja keras, kreatif, Inovatif, reasoning, arif (wise).

Sumber : (makalah, Husni rohim, 2010)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan ) hari kiamat dan dia banyak menyebut hari kiamat.
Surat Al-Ahzab 21


b. Metode Pendidikan Karakter

1. Metode Keteladanan (al-Uswah wa al-Qudwah)

Metode keteladanan adalah mengajar dengan cara memberikan contoh yang baik kepada ummat, baik berupa ucapan maupun dalam perbuatan. Di bawah ini akan dicontohkan tentang keteguhan nabi dan para sahabatnya dalam penegakan hukum dan memberikan teladan (karakter adil).
Pertama : suatu kali seorang wanita bangsawan suku Quraish diadili dan diputuskan akan dipotong tangannya karena terbukti mencuri. Seorang sahabat mengajukan permohonan kepada Nabi agar wanita tersebut diberi pengampunan. Nabi menolak dengan tegas permintaan tersebut, dengan sabdanya:
“ Jangan lakukan hal itu lagi, masyarakat dahulu ada yang hilang lenyap, karena terhukum yang kaya dibebaskan dan pelanggar-pelanggar hukum yang miskin dihukum. Demi Allah, kalau Fatimah –anakku—mencuri, akan kupotong tangannya.

Dalam hadits tersebut nabi Muhammad mengajarkan apa artinya sebuah aturan dan meminta sahabat mengerti dan menghargai sebuah aturan
Kedua : Umar bin Khattab, khalifah kedua, mengirim instruksi kepada qadhi di Kufah, Abu Musa Al-Asy’ari antara lain berbunyi:
“ Samakan kedudukan manusia dalam majelismu, pada wajahmu, tindakanmu, dan dalam keputusanmu, supaya yang kaya tidak menganggap wajar ketidak adilanmu, dan yang miskin serta lemah tidak berputus asa terhadap keputusanmu.

Instruksi Umar itu ditutup dengan peringatan bahwa melaksanakan tugas harus tetap berdasarkan keikhlasan, karena Allah tidak akan menerima perbuatan-perbuatan dan amal-amal yang dikerjakan tanpa keikhlasan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa nabi Muhammad dan para sahabat bahwa membentuk karakter adalah : 1. Pengajaran, 2. Keteladanan

2. Membangun karakter ummat dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Selain ia berkarakter baik untuk dirinya dan memberikan tauladan ia juga membentuk karakter ummatnya. Tidak mudah untuk membentuk karakter baik bagi beragam penduduk. Oleh karena itu di Madinah (Yasrib) beliau segera meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam.
Pertama mendirikan masjid untuk tempat berkumpul dan bertemu di samping untuk beribadah kepada Allah. Di Masjid dapat pula dipakai tempat untuk mengadili perkara, jual beli dan lain-lain. Pada masa ini Rasul sudah mulai menerapkan hukum-hukum yang berasal dari al-Quran pada masyarakat Madinah yang baru dibentuk.
Dari point 1 ini dapat disimpulkan bahwa ia mulai menerapkan aturan-aturan kepada masyarakat Madinah dalam bentuk perundang-undangan syariat Islam. Dengan demikian membentuk karakter melalui penetapan aturan-aturan yang harus dipatuhi.
Yang kedua, ialah mempersaudarakan antara kaum anshor yakni penduduk Madinah dan kaum Muhajirin. Rasullullah memberi contoh dengan mengambil Ali Bin Abi Tholib sebagai saudaranya sendiri. Hamzah, pamannya dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah, dahulunya sahaya nabi dan yang mula-mula masuk Islam. Abu Bakar Assiddiq dipersaudarakan dengan Kharijah ibn Zubair, Jakfar bin Abi Tholib dipersaudarakan dengan Maaz bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itban ibn Malik al-Khazraji. Nabi juga mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshor. Dasar ini memperkuat persaudaraan Islam, mereka saling menolong sesamanya, bahkan ada yang memiliki hak saudara seagamanya tersebut. (karakter sosial )
Dasar ketiga adalah perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslimin dan bukan muslimin. Masyarakat Madinah waktu itu terdiri dari 3 kelompok, yakni kaum muslimin, orang-orang Arab yang belum masuk Islam dan kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Quraizah. Perjanjian itu antara lain mengatakan: bahwa tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama, tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah. (karakter amanah, menepati janji)
Dasar keempat ialah meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah yang baru terbentuk. Dasar berpolitik dalam negeri Madinah antara lain : Prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Kesamaan derajat antara manusia antara yang satu dengan yang lain, yang membedakan mereka ialah ketakwaan kepada Allah semata

3. Ayat-ayat yang menyuruh untuk mentaati Allah dan Rasul

Surat Al-Imran ayat 132

Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Surat An-Nisa ayat 64

Dan kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya diri sendiri datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohon ampun kepada mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang.


Surat Thaahaa ayat 100-101
Barang siapa berpaling dari pada Al-Quran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal dalam keadaan itu, Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat.

Hadits Nabi :
Tuhan tidak akan menerima iman seseorang kalau tidak diwujudkan dalam amal perbuatan, dan Tuhan tidak akan menerima amal perbuatan yang tidak terpancar dari keimanan

2. Kampus Bina Nusantara
Kampus Bina Nusantara adalah sebuah perguruan tinggi yang berbasis IT terletak di Jakarta. Ia mulai merintis pendidikan karakter secara khusus dalam mata kuliah pada tahun 2000 dan perkuliahan secara khusus mulai pada semester ganjil 2002/2003.
a. Karakter yang dikembangkan
1. Hubungan dengan diri sendiri. Fokus pada pengenalan diri, pengembangan diri, bakat dan kreativitas. Dikemas dalam mata kuliah : Character Building 1, Relasi dengan diri sendiri.
2. Hubungan sesama manusia. Fokus pada hubungan sosial. Dikemas dalam mata kuliah : Character Building II, Relasi dengan manusia
3. Hubungan dengan Tuhan, fokus pada hubungan mahasiswa dengan Tuhan. Dikemas dalam mata kuliah Character Building III, Relasi dengan Tuhan.
4. Hubungan dengan dunia (alam, iptek dan kerja) dikemas dalam mata kuliah : Character Building IV.

b . Bagaimana Pendidikan Karakter pada Universitas Bina Nusantara
Semua konsep karakter yang tersebut di atas diajarkan dalam kelas selama 8 semester. Untuk mencapai tujuan pembentukan karakter maka ada beberapa hal penting yang saya catat disini:
1. Ide pengadaan pendidikan karakter berasal dari atasan (rektor) pada tahun 2000 untuk membentuk lulusan Binus Smart and Good.
2. Rektor membentuk “Pusat Pengembangan Karakter (Character Building Development Center). Tujuan jangka pendek pusat ini adalah menyusun dan menyiapkan bahan mata kuliah yang terkait dengan mata kuliah di atas. Dalam Jangka panjang pusat ini akan mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan penerapan nilai-nilai yang baik di tengah-tengah masyarakat.
3. Rektor membiyai seluruh kegiatan yang berkenaan dengan pembentukan karakter: Center Character Building: membiayai team perumus, penulisan buku, dan percetakan)
4. Kuliah Character Building diadakan 8 sks sebagai pengganti MDU: ISD, IBD, ETIKA, Pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan Ilmu Alamiah Dasar.
5. Perkuliahan baru dimulai semester ganjil 2002/2003 setelah tercetaknya buku ajar dan semua mahasiswa mendapat 4 jilid buku Character Building (CB): CB1: Relasi dengan diri sendiri, (CB2: Hubungan dengan Manusia), (CB3: Hubungan dengan Tuhan), (CB4 : Hubungan dengan lingkungan Internasional)
6. Pada tahap selanjutnya akan dirumuskan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam seluruh kurikulum mata kuliah.

c. Pembentukan karakter dalam bentuk peraturan
Selain dalam bentuk perkuliahan dan metode dalam kelas, pembentukan karakter juga terdapat dalam tata tertib dan sejumlah aturan
1. Adanya tulisan-tulisan pada Banner dalam ukuran 10 meter tentang karakter baik sesuai dengan kebutuhan.
2. Pengumuman di depan kelas bagi siswa yang tidak lulus karena mencontek ketika ujian
3. Ada ruang khusus bagi yang merokok dan danya manajemen kebersihan kamar mandi
4. Adanya kerja sama dengan perusahaan, tersedia informasi lowongan kerja di Mading, dan sering adanya pameran IT di teras-teras tiap lantai sebagai usaha untuk memotivasi mahasiswa.
5. Penerapan manajemen International Standar Operation (ISO), semua dosen dan mahasiswa akan terbiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan, semua alat-alat kantor akan terpelihara dengan baik dan adanya pelatihan dosen yang intensif.

d. Hasil Penelitian tentang pendidikan karakter di UBinus.
Hasil penelitian membuktikan: meningkatkan rasa percaya diri pada mahasiswa, menurunkan angka drop uot. (Sumber: wawancara dengan Antonina Yuni Wulandari, team penyusun buku Character Building Universitas Bina Nusantara)

3. Kampus UIN Jakarta
a. Karakter yang kembangkan
Universitas Islam Negeri memiliki harapan dan tujuan yang rumuskan melalui moto yang terdiri dari tiga nilai dasar (Basic Value), Piety, Integrity and Knowledge.

b. Metode membangun karakter
1. Membangun lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran yang akan menumbuh kan karakter intelektual.
2. Pembentukan karakter terintegrasi dalam mata kuliah dan tata tertib.
3. Khususnya pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan adanya :
1. Penerapan majemen ISO. Dengan penerapan manajemen ISO pada FITK maka akan terbentuk karakter bagi mahasiswa dan dosen serta karyawan. Karakter yang akan terbentuk yaitu: disiplin, tepat waktu penyerahan tugas, manajemen yang baik, intelektual, standarisasi, transparansi karena adanya sistem audit.
2. Contoh cara berpakaian yang rapi.
3. Finger sreen untuk disiplin kerja dosen.
4. Hukuman bagi yang melakukan pelanggaran
5. Mata kuliah pendidikan karakter secara khusus pada jurusan PAI, FITK
4. Khusus nya pada jurusan Pendidikan Agama Islam Perkuliahan secara khusus
Jurusan pendidikan Agama Islam, FITK, UIN Jakarta mulai mengadakan mata kuliah pendidikan karakter secara khusus sejak tahun ajaran 2004/2005 hingga sekarang.

Nama mata kuliah : Character Building untuk Guru PAI
Sistem perkuliahan : Multi Channel Learning yang meliputi penggunaan: buku ajar PendidikanKarakteruntukGuru, internet Http://www.characterbuildinggurupai.blogspot.com, observasi lingkungan, presentasi mahasiswa, posting tugas melalui blog dosen. Tugas dan sharing mahasiswa bisa dilihat secara online.

Ruang Lingkup Pendidikan Karakter Untuk Guru .
Kemampuan yang akan dikembangkan dalam mata kuliah Pendidikan Karakter untuk Guru sebagai berikut :
1. Ketakwaan Kepada Allah : Beriman Kepada Allah, Melaksanakan perintah- perintah Allah, Menjauhkan segala larangan Allah

2. Kematangan Kepribadian : Identitas diri (self-identity), Rasa percaya diri, Harga diri, konsep diri positif, Disiplin diri.

3. Kemampuan Bersosialisasi : Memahami orang lain, peduli orang lain, berbagi dengan orang lain, rasa menolong orang lain, toleransi, senang Bersosialisasi, tertib aturan.

4. Kematangan Emosi : Bertindak sesuai usia, Kontrol diri emosi, Menghargai orang lain, Tenggang rasa, Memberi dan Menerima kasih sayang

5. Kematangan Intelektual: Kemandirian Berpikir ( otonom), Mampu belajar dari lingkungan, Menghargai orang lain, Dapat menerima kritik, Mau belajar terus

6. Kemampuan Vokasional: Bertanggung jawab, Bermotivasi tinggi, Tahu hak dan kewajiban, Kreatif, Terbuka kritik, Jujur dan loyal

7. Kemampuan Membina : Kepemimpinan, Empati, Komunikasi, Decision making yang efektif, Disiplin.



Strategi pelatihan

Di bawah ini akan diuraikan berbagai hal yang harus dipersiapkan

Peserta
Peserta didik dalam pelatihan ini adalah semua orang yang akan bertindak sebagai pelatih /pendidik. Ia dapat seorang guru, Pembina, pemimpin kelompok, pengasuh, orang tua dan lain-lain. Jumlah peserta yang dilatih 30 sampai 40 orang perkelas, supaya terjadi proses pelatihan yang efektif.

Pelatih (trainer)
Diperlukan minimal dua orang pelatih bagi setiap kelompok, yang bertugas sebagai instruktur

Metode Pelatihan
Metode yang dipakai dalam pelatihan dapat dipilih diantaranya metode-metode yang dicontohkan di bawah ini. Pelatih memilih metode berdasarkan materi, kedalaman ranah (domain) yang akan dicapai, dan kecocokan (match) dengan suasana belajar melalui interaksi timbal balik antara fasilitator dengan peserta didik.

Adapun macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pelatihan adalah :
1. “Modeling” adalah metode belajar melalui peniruan atau imitasi, nama lain disebut sebagai Copying, identification.
2. Bermain peran (Role Playing), yaitu menciptakan suatu situasi dimana peserta diminta untuk melakukan peran tertentu yang biasanya bukan merupakan peran dirinya. Manfaat dari role playing adalah membantu mengubah sikap atau perilakunya dari yang selama ini dilakukan dengan peran baru yang dicoba kenali melalui bermain peran.
3. Simulasi (Simulation)
Suatu permainan dengan cara mengkonstruk suatu suasana yang hampir sama dengan keadaan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian masing-masing peserta mencoba menghayati peran-peran yang telah ditentukan, dan memahami reaksi-reaksi yang terjadi di dalamnya.
4. Diskusi Kasus (Case study)
Melaksanakan kegiatan diskusi perkelompok mengenai masalah kasus tertentu yang dikupas, dibahas, menuju pada pemecahan masalah.
5. Widyawisata
Belajar melalui pengalaman, dengan cara menghubungkan apa yang telah didapat peserta dalam situasi pelatihan dengan situasi dalam kehidupan nyata.

Lama Pelatihan
1. Pelatihan dapat dibagi ke dalam beberapa sesi
2. Setiap sesi dilaksanakan sekitar 1 sampai dengan 2 jam
3. Setiap sesi berisi pelatihan khusus, hanya satu ketrampilan saja
4. Perlu adanya jarak waktu di antara sesi supaya dimungkinkan peserta didik dapat Mencoba-coba perilaku yang telah dipelajari dalam setting pelatihan kepada situasi kehidupan yang sesungguhnya
5. Lamanya waktu sesi dapat berbeda

Selanjutnya mahasiswa diminta untuk melakukan observasi terhadap seorang tokoh yang memiliki karakter yang sedang dipelajari, misalnya seorang yang memiliki kerpribadian yang baik. Setelah melakukan observasi mahasiswa presentasi hasil temuannya di kelas. Pada minggu selanjutnya mahasiswa diminta untuk mempraktekkan suatu karakter selama 1 minggu atau lebih.

Hasil Penelitian tentang Character Building Guru PAI, FITK, UIN Jakarta
Hasep Perlia (2009), mengadakan penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Character Building Guru PAI, menemukan bahwa:
1. Terdapat peningkatan karakter mahasiswa PAI setelah mengalami pembelajaran Character Building Guru PAI dengan menggunakan social Cognitive Theory pada pembentukan karakter keberagamaan, kepribadian, dan kemampuan intelektual. Dengan melihat hasil tugas mingguan yang berupa tugas peningkatan karakter keberagamaan, kepribadian dan kemampuan intelektual yang dibuat oleh mahasiswa, terlihat perubahan dan peningkatan karakter keberagamaan, kepribadian, dan kemampuan intelektual yang dibuat oleh mahasiswa, terlihat perubahan dan peningkatan karakter pada diri mahasiswa secara bertahap setiap minggunya.
2. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian berlangsung didapatkan perubahan sikap yang cukup baik

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode Pengajaran Karakter: pemberian materi dalam kelas yang meliputi aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), mahasiswa ditugaskan melakukan observasi terhadap tokoh-tokoh yang memiliki karakter baik, dan mencobakan suatu karakter yang diajarkan dalam bentuk program mingguan.
Pembentukan karakter tidak cukup hanya dalam bentuk pengajaran dalam kelas tetapi dibutuhkan sejumlah tata tertib yang harus di patuhi, baik di tingkat sekolah, RT, RW, Kabupaten, propinsi dan negara. Pemberian aturan dan tata tertib perlu diberi penjelasan kepada siswa arti tata tertib dan pentingnya menghargai tata tertib.
Pembentukan karakter perlu contoh yang baik dari atasan dan diiringi aturan dan tata tertib. Yang melanggar aturan perlu diberi hukuman, yang baik perlu diberikan penghargaan. Membentuk karakter jujur bagi siswa tidak cukup dengan memberikan pelajaran kejujuran, melainkan perlu diberikan hukuman bagi yang tidak jujur. Mencegah korupsi tidak cukup dengan memberikan kuliah dengan diskusi bahaya korupsi tetapi perlu adanya uswah hasanah dari para pemimpin agar tidak korupsi dan memberi hukuman yang pasti kepada pelaku korupsi. Dengan demikian warga akan belajar untuk jujur. Jika ingin membentuk warganya berkarakter intelektual maka pemerintahnya harus memberikan penghargaan pada kegiatan intelektual.
Pendidikan karakter tidak hanya di sekolah tetapi pada perusahaan, intansi pemerintah dan pada lembaga negara. Caranya adalah perlu manajemen yang baik dan transparan. Inilah namanya memberi tauladan karakter yang baik bagi warga. Adanya manajemen yang baik tentu dari pimpinan yang memiliki karakter : siddig, tabligh, amanah, Fatonah. Wallahu alam.


REFFERENSI

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj.Ushul-al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha, oleh Herry Noer Ali, (Bandung: CV. Duponogoro 1412 H 1992), Cet.II, hal 284)

Anggadewi Moesono dkk (2004), Pendidikan Karakter dan Pekerti Bangsa Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata RI

Antonius Atosokhi Gea dkk (2004), Character Building 1 Relasi dengan Diri Sendiri), Jakarta: PT Gramedia

Ali Mufrodi (1997), Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Ciputat: Logos

Budiyatna, M (2004). Kajian Pendidikan Karakter dan Budi Pekerti Bangsa bidang Media (Laporan ringkas), Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata RI

Busthanul Arifin (1996), Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia (Akar, sejarah, hambatan dan prospeknya) Jakarta: Gema Insani Press

Emile Durkheim (), Pendidikan Moral ( Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiolagi Pendidikan. Jakarta: Erlangga

Hasep Perlia (2009), Skripsi Penelitian Tindakan Kelas: Penggunaan Social Cognitive Theory dalam pembelajaran Character Building Guru PAI untuk meningkatkan karakter mahasiswa, Jurusan PAI, FITK, UIN Jakarta.

Heri Jauhari Muchtar.(2005). Figh Pendidikan. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, cet I.

Husni Rahim (2010). Pendidikan Karakter serial diskusi FITK UIN Jakarta

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia (2010), Pendidikan Karakter untuk Guru. Ciputat: Islamic Research Publishing, cetakan ke-3

Seminar Pendidikan dan Pembentukan Karakter Bangsa

Seminar Pendidikan dan pembentukan karakter bangsa
Hari, Tanggal : Sabtu, 05 Juni 2010
Tempat : Auditarium Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Waktu : 08-16.30

Kontribusi dan Fasilitas
peserta seminar adalah dosen, guru, praktisi pendidikan, sarjana PAI seluruh Indonesia dan umum, dengan kontribusi sebesar:
Rp.75.000 untuk mahasiswa, Rp.100.000 untuk umum/ guru/dosen, mahasiswa pascasarjana, rp 250.000 untuk pemakalah pendamping.
Fasilitas peserta seminar: seminar kit, lunch, coffebreak, dan sertifikat

Jumat, 26 Maret 2010

Pendidikan Karakter untuk Guru

Mata kuliah Pendidikan Karakter untuk Guru merupakan mata kuliah yang akan mengantarkan mahasiswa untuk membentuk karakter-karakter unggul yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tujuannya memberikan penanaman nilai-nilai kepada mahasiswa jurusan Pendidikan Guru dalam rangka membantu menghasil kan tenaga guru yang dapat mencerminkan kemampuan intelektual, emosional, dan spritual. Kemampuan yang akan dikembangkan antara lain: takwa kepada Allah, kematangan kepribadian, kematangan emosional, kemampuan bersosialisasi, kematangan intelektual, kemampuan vokasional, dan kemampuan membina.